top of page

Be different - reach your dreams !

  • Bayu Tri Murti
  • Aug 23, 2017
  • 8 min read

“BERANILAH BERMIMPI BESAR – TULISKAN - PERJUANGKAN !”

Perkenalkan sebelumnya, nama saya Bayu Tri Murti. Saya mahasiswa master (S.2) by research di Dept. of Chemistry, Durban University, Durban, South Africa. Saya lahir di sebuah desa di Kabupaten Ponorogo, 26 tahun yang lalu. Tidak pernah terfikir sebelumnya bahwa saya akan tinggal di sebuah kota yang jauh dari tanah air (30.000 km perjalanan darat) yang bernama Durban. Semua terjadi atas izin Allah SWT.

Saya akan memulai perjalanan cerita saya ketika seorang mahasiswa S1 fakultas farmasi universitas Jember tengah bermimpi untuk bisa melanjutkan studi di luar negeri. Sebuah mimpi yang coba saya tuliskan ke sebuah lembar kertas dan kemudian saya tempelkan d kamar kos saya sebelumnya di daerah jalan Kalimantan, Jember. Ada banyak keinginan dan harapan yang saya cantumkan pada selembar kertas tersebut. Diantara 100 hal yang saya tuliskan, mimpi yang ke-56 adalah untuk belajar keluar negeri. Pertanyaan besarnya, bisakah ?.

Hampir setiap bangun tidur, selesai sholat dan setiap saat coretan itu saya pandangi. Namun perlahan-lahan, tanpa saya sadari mimpi-mimpi tersebut (atas izin Allah SWT) diperkenankan untuk terwujud. Meskipun tidak 100% terwujud, namun sebagian besar Allah SWT perkenankan untuk hadir di kehidupan saya. Dan salah satu diantaranya yang belum terwujud adalah mimpi untuk melanjutkan studi di luar negeri.

Satu semangat yang juga tak pernah lekang dari saya adalah keinginan besar untuk melanjutkan studi S2 secara mandiri (tanpa adanya bantuan dari orang tua sedikitpun). Karena secara jujur untuk studi S1, orang tua masih berperan penuh untuk mensubsidi saya selama kurang lebih 4 tahun. Hal inilah yang semakin mendorong saya untuk mengejar mimpi itu. Namun saya tahu bahwa bahwa perjuangan ini tidaklah mudah. Saya harus objektif dikala itu karena track record fakultas farmasi Universitas Jember memang belumlah cukup memadai untuk bisa melanjutkan studi di luar (ketika saya masih di kampus). Yang saya maksud disini adalah jaringan/link ke luar negeri yang belum banyak sehingga cukup sulit untuk bisa melanjutkan studi di luar. Berbeda dengan sekarang yang sudah jauh lebih baik. Namun justru hal-hal tersebutlah yang semakin memotivasi saya untuk “tampil beda” dan optimis. Atas izin Allah, saya yakin pasti bisa.

Lazimnya mahasiswa farmasi yang telah lulus dari jenjang S1 akan lebih memilih untuk melanjutkan ke jenjang apoteker. Saya berasumsi 95% dari total lulusan S1 farmasi pasti akan melanjutkan ke studi apoteker. Sisanya (5%) bisa jadi menikah, langsung kerja, lanjut S2 dsb. Pada dasarnya setiap pilihan itu baik, sehingga dalam konteks ini apapun pilihan saya dan teman-teman sejawat dikala itu, adalah yang terbaik untuk masing-masing.

Namun saya coba untuk berfikir berbeda dengan berani mengambil resiko untuk bermimpi melanjutkan studi S2 di luar negeri. Sebuah pilihan yang sangat jarang diambil oleh lulusan farmasi. Masih terekam jelas dalam ingatan saya, beberapa teman ataupun orang yang sempat “menertawakan, meragukan bahkan mencemooh” pilihan saya ini. Namun semakin ditertwakan dan diragukan, saya justru semakin yakin bahwa suatu saat insyaAllah saya akan mencapainya. Hanya soal urusan waktu. Tentunya atas izin dari-Nya.

Hingga pada akhirnya saya bertemu dengan seorang profesor yang bernama Prof. Bambang Kuswandi, PhD yang kebetulan juga menjadi dosen pembimbing saya untuk skripsi. Beliau mantan dekan Fakultas Farmasi UJ dan juga dosen tetap untuk kimia farmasi. Sebuah pertemuan yang saya sangat yakin sudah digariskan Allah SWT karena beliau banyak membantu dan mengenalkan saya dengan kehidupan kuliah di luar negeri. Prof. Bambang sendiri juga seorang almuni S2 dan S3 di luar (MSc dan PhD di UMIST, Manchester, London) sehingga beliau banyak memotivasi saya dan teman-teman untuk berani keluar dari zona nyaman untuk melanjutkan kuliah di luar. Banyak hal yang saya dapatkan dari beliau termasuk semangat untuk bisa menjajal kuliah diluar. Bukan berarti tidak cinta dengan Indonesia, tetapi dengan kuliah diluar justru kecintaan kita terhadap tanah air akan semankin menguat. Dan itulah yang saya rasakan sekarang. Prof. Bambang juga yang menumbuhkan ketertarikan saya ke sebuah disiplin ilmu yang tidak banyak dilirik oleh peneliti-peneliti Indonesia namun justru tumbuh sangat pesat di luar negeri khususnya di kawasan eropa dan amerika.

Selain Prof. Bambang, adalah seorang Pak Amrun Hidayat, M.Farm, Apt. yang juga memotivasi saya untuk berani melanjutkan studi diluar. Beliau adalah dosen biologi farmasi dan juga pembimbing skripsi ke-2 saya setelah Prof. Bambang. Beliau berdualah yang menjadi bagian dari inspirasi saya untuk mengambil langkah ini.

Perjalanan kemudian berlanjut ke kelulusan dan pasca kelulusan sarjana. Karena hingga akhir kelulusan saya belum mendapatkan kejelasan soal beasiswa, kemudian saya coba untuk berdiskusi dengan orang tua mengenai langkah saya selanjutnya. Pilihan terbaiknya jatuh ke bekerja terlebih dahulu untuk mengaplikasikan terlebih dahulu ilmu yang telah saya peroleh selama S1. Berangkatlah saya kemudian ke Ibukota untuk bekerja di sebuah perusahaan farmasi multinasional sebagai seorang formulator (formulation scientist).

Saya sengaja memilih Jakarta sebagai tempat kerja karena beberapa alasan. Salah satu diantaranya adalah soal kemudahan akses ke kantor-kantor pusat pengelola beasiswa, kedutaan-kedutaan luar negeri dan lain sebagainya. Meskipun hari-hari saya isi dengan berkerja di perusahaan, namun saya tetap menyimpan semangat dan motivasi studi lanjut diluar. Meskipun awalnya saya kurang menyadari hal ini namun saya baru benar-benar menemukan hikmahnya setelah kurang lebih 1 tahun 9 bulan bekerja di Jakarta. Saya berusaha untuk memparalelkan antara profesionalitas kerja dengan persiapan untuk beasiswa. Hampir setiap akhir pekan (sabtu-minggu libur kerja) saya isi dengan ikut seminar-seminat beasiswa yang sering diadakan di Jakarta, misalnya seminar pendidikan Jepang, Eropa/EHEF, dan lain sebagainya. Banyak manfaat yang bisa didapat dari seminar-seminar ini (selain gratis tentunya). Disamping untuk terus meng-up date perkembangan beasiswa, diaspora dan juga bisa dimanfaatkan untuk melatih speaking dengan orang-orang native (bule) yang sering menunggu stand beasiswa. Saya coba optimalkan peluang kecil ini untuk mengasah kemampuan bahasa khususnya speaking.

Waktu saya di jakarta juga saya isi dengan meng-apply “lamaran-lamaran” ke calon profesor pembimbing yang ada di luar. Setelah ada puluhan profesor yang saya apply, saya mendapatkan jawaban yang beragam. Ada yang menolak karena tidak sesuai dengan research interest beliau, ada yang sudah pensiun, tertarik namun tidak punya beasiswa dan banyak juga yang tidak membalas. Namun semangat terus menguat untuk pantang menyerah. Hingga akhirnya ada seorang profesor di Swedia yang menjawab email saya dan beliau tertarik dengan penelitian saya. Namun secara jujur beliau menyatakan bahwa beliau tidak memiliki beasiswa untuk jenjang master (S2) namun beliau akan mencoba menghubungkan saya dengan kolega beliau di South Africa hingga akhirnya terus berlanjut hingga sekarang.

Saya memiliki beberapa tips bagi adik-adik di Indonesia yang memiliki mimpi yang sama untuk bisa melanjutkan studi di luar :

1. Bangun niat dan kuatkan.

Rekomendasi saya, tulislah mimpi-mimpi adik-adik pada lembar kertas lalu tempelkan di tempat tinggal masing-masing. Bisa juga pakai tablet, gadget atau yang lain. Yang penting bisa digunakan sebagai pengingat/. Lembar ini yang insyaAllah akan selalu jadi pengingat dan penyemangat di saat motivasi sedang melemah. Jangan lupa juga dengan berdo’a dan mohon doa restu orang tua.

2. Kumpulkan informasi tentang beasiswa sedini mungkin

Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dan sedini mungkin. Banyak dari masyarakat Indonesia yang belum tahu bagaimana cara mengakses beasiswa. Padahal sebenarnya ada banyak sekali beasiswa yang bisa diakses. Ketikkan saja di laman atau yang lain dengan “Beasiswa Indonesia_Tahun (misal : 2015)”. Silakan juga dicoba dengan keyword yang lain yang senada. Bisa juga melalui seminar-seminar beasiswa yang sering diadakan di daerah-daerah atau kota besar (Jakarta, malang, surabaya dll).

Jangan lupa mempelajari dan mencatat point penting dari setiap beasiswa, misalnya jika ada syarat khusus tertentu dsb. dengan stabilo jika perlu !.

3. Tentukan jenis beasiswa yang akan kita bidik (misal LPDP, KGSP, Erasmus mundus, Presidential scholarship dsb.).

4. Tentukan kampus dan program studi yang kita bidik

Kampus dan program studi ini bisa ditentukan berdasarkan minat atau kemampuan. Bisa juga melanjutkan program studi atau riset S1 (skripsi) atau dengan menentukan negara tempat studi yang diinginkan terlebih dahulu, misalnya Jepang, Belanda, Swedia, Amerika atau yang lain.

5. Persiapkan persyaratan beasiswa dengan baik dan detail

Biasanya proses pertama seleksi beasiswa adalah administrasi. Pastikan secara aministrasi kita sudah memenuhi. Jika ada piagam penghargaan atau sejenisnya, jangan lupa untuk disertakan karena akan jadi penguat untuk lolos administrasi.

Inilah arti penting dari keikutsertaan adik-adik di organisasi kemahasiswaan. Jangan ragu untuk beroraganisasi karena akan melatih sisi leadership, problem-solving dsb. Dari organisasi juga adik-adik akan mendapat sertifikat/piagam penghargaan dsb. Meskipun tujuan utama berorganisasi bukanlah untuk mendapatkan sertifikat, namun adanya hal ini akan sangat menunjang saat pekerjaan atau beasiswa.

6. Persiapkan kemampuan bahasa (TOEFL/TOEIC/IELTS dll.)

Biasanya hal ini yang jadi kendala utama calon-calon pelamar beasiswa dari Indonesia. Oleh karenanya persiapan sedini mungkin saya kira lebih baik. Perhatikan syarat TOEFL untuk tiap jenis beasiswa dan bersemangatlah untuk meraihnya.

Pun jika belum terpenuhi juga nilai TOEFL/TOEIC/IELTS atau yang lain, jangan patah arang. Karena jujur saja TOEFL saya masih dibawah 500 (saat apply beasiswa). Tapi toh nyatanya Allah SWT berkehendak lain. Intinya adalah tetap berusahalah untuk meraih TOEFL sebaik mungkin. Berapapun capaiannya, jangan mudah menyerah. Optimis dan stay on the track!

7. Mulai persiapkan topik riset untuk studi lanjut.

8. Buat Curiculum Vitae yang menarik dan eye catching

Banyak website yang sudah menyediakan tipsnya. Silakan searching di google.

9. Mulailah untuk menghubungi calon profesor pembimbing

Hal ini menurut saya yang paling penting. Jika CV sudah siap, mulailah untuk me-list calon-calon profesor sesuai dengan adik-adik. Semakin match kita dengan calon profesor pembimbing akan lebih bagus. Cara mencari calon prof pembimbing :

  1. Cari secara acak dengan mengetikkan keyword di google sesuai research interest kita. Misalnya: saya tertarik di bidang herbal medicine, maka ketikkan “Herbal medicine professor”, “Natural Product Chemistry professor” atau yang lain.

  2. Cari melalui jurnal-jurnal ilmiah sesuai research interest kita. Di setiap jurnal pasti ada correspondence author (biasanya beserta emailnya). Coba untuk meng-email correspondence author tersebut.

  3. Tanya ke senior yang mungkin sudah berada diluar negeri yang menekuni bidang yang sama dengan research interest kita.

  4. Cari melalui web universitas yang kita bidik, biasanya tiap department memiliki list profesor masing-masing beserta profil lengkapnya.

  5. Tanyakan secara langsung ke dosen pembimbing skripsi sebelumnya. Cara ini cukup ampuh dan biasanya cepat di-approve karena mungkin sudah ada link tertentu antara dosen pembimbing yang sebelumnya dengan calon profesor di luar negeri.

Untuk bahasa perkenalan dengan profesor di email, gunakan bahasa yang sopan. Saya lampirkan contoh email saya dulu ke profesor di bagian akhir. Jika sudah mendapat calon profesor pembimbing, jangan lupa untuk keep contact dengan beliau. Jika sudah nyaman komunikasinya, jangan ragu juga untuk meminta Letter of Acceptance (LoA) ke beliau. Biasanya LoA ini yang jadi senjata ampuh untuk bisa lolos beasiswa. Bisa juga menyertakan LoA ini pada saat seleksi administrasi (jika sudah mendapat LoA sejak awal).

10. Mulai untuk bikin passport

Hal ini yang selalu saya tantang ke tiap teman-teman yang berkeinginan untuk kuliah ke luar negeri. Passport adalah hal wajib kalau kita pergi ke luar negeri. Passport adalah KTP kita saat tidak berada di Indonesia. Bikin passport padahal belum ke luar negeri, bisakah ?. BISA. Justru dengan membuat passport lebih awal akan membuat kita untuk semakin bersemangat dan yakin akan mimpi-mimpi kita. Silakan cek di kantor imigrasi masing-masing daerah untuk persyaratan membuat passport.

Sekian tulisan singkat dari saya dan semoga bermanfaat. Mohon doanya semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dan dimudahkan segala urusannya. Jika ada yang kurang jelas mengenai tulisan ini, jangan sungkan untuk email ke btmt.pharma@gmail.com atau kunjungi FB saya (Bayu Tri Murti). Be different and reach your dreams !. Jangan lupa juga untuk selalu berbahagia !.

Nb. Saya merekomendasikan juga tulisan/video berikut sebagai suplemen. Semoga menginspirasi..!

https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/patrya-pratama/passport-by-rhenald-kasali

https://www.youtube.com/watch?v=2fdDOV3qM5I

https://www.youtube.com/watch?v=aYcVqmNwdOk

https://danangambarprabowo.wordpress.com/tag/danang-ambar-prabowo/

Lampiran

SUBJECTS: Possibility to enroll as graduate student in your laboratory

Dear Professor

My name is Bayu Tri Murti. I graduated from the Department of Pharmacochemistry (Instrumental Drug Discovery from Natural Product Resources), Faculty of Pharmacy, Universitas Jember (University of Jember) in Indonesia.

I completed my bachelor program (B.Pharm) in 2013 and signed on as member of the Chemo and Biosensor Research Group at my almamater. In addition, I participated in an international conference on a related topic (Health Care and Pharmacy) at the Korean Advanced Istitute of Science and Technology (KAIST), South Korea in 2013. I am very eager to continue my study for a higher degree.

Previously, I worked independently on a small-scale project in developing a new electrochemical method for Alzheimer Drug Discovery using Indonesian Herbals (Genus Piper).

In the future, I plan to continue this research in a more specific area: structure elucidation of natural products from marine sources, especially from Indonesia and Korea sea resources. My research purpose is to determine the structure of some bioorganic compounds that may have pharmacological effects against diseases such as cancer, Coronary Heart Disease, Alzheimer’s Disease and others. I intend for the research to provide drug development leads for these diseases.

Unfortunately, there are only a few researchers in Indonesia who work in this field, so the information, basic skills and research design needed are difficult to acquire. However, Indonesia is well known as a maritime country because of its ocean coast. Thus, Indonesia has many resources to be explored, especially for the purpose of marine drug discovery. My supervisors recommend me to continue my study abroad and I am looking for possibilities to join your laboratory as graduate student.

I have read from the website of your university that there is a chance to enroll for a master’s degree through the Seoul National Universtity (SNU) Global Scholarship in 2013, and I am eager to try my best for it.

I would be honored if you would give me the chance to join your laboratory.

I enclose my Curriculum Vitae (in PDF file). Please let me know if you are interested and require any further details or documents. I hope to hear from you in the near future.

Thank you very much in advance,

Sincerely yours,

Bayu Tri Murti


 
 
 

Comentarios


Durban University of Technology

© 2023 by Scientist Personal. Proudly created with Wix.com

  • Facebook Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • LinkedIn Clean Grey
bottom of page